Total Tayangan Halaman

Jumat, 03 Agustus 2012

Selalu Berharap Menjadi Bijak


    1. Hidup mesti harus berjalan.Berjalannya bukan ditentukan oleh berapa lama kita hidup tetapi bagaimana kita hidup. Sehingga begitu kita lahir masih merupakan kertas putih. (John Lock) Namun tentu orang-orang di sekitar kita akan membawanya ke suatu tempat kita diasuh. Saa itu kita di hadapkan pada percaya atau tidak percaya kepada mereka. Kita selalu berharap ada orang lain yang selalu membuat kita percaya. Pembicaraannya, kata-katanya membuat kita percaya. Kepercayaan dibangun bukan hanya kata, tetapi kenyataan. Kita terus berupaya membuktikan perkataan orang lain. Kalau sesuai dengan kenyataan, orang-orang yang pembicaraannya dapat dipercaya akan menjadi panutan kita.

    2. Ketika semua orang di sekitar kita mempunyai kesibukan sendiri, kita dihadapkan pada kemandirian kita. Bisa tidak ya saya hidup dan mengerjakan pekerjaan ini? Muncul juga keraguan. Kalau dukungan teman-teman kita yang baik, tentu kita akan diangkat pada kemandirian. Semua tidak menggantungkan orang lain tetapi kita sendiri saja dapat menjalani. Mengapa bukan kita yang mengerjakan? Kita mempunyai keinginan. Dan keinginan inilah yang menjadikan kita semakin dewasa dalam bertindak.

    3. Keinginan ini semakin lama semakin berkembang membuat kia semakin banyak punya inisiatif. Lalu kita mencoba ini mencoba itu. Nah juga pernah gagal. Juga mungkin pernah merasa bersalah. Juga pernah menyesal. Juga mungkin putus asa. Wah bagaimana ternyata aku salah. Muncullah kemauan untuk mencapai tujuan. Wah tidak larut aku harus bisa mencapai prestasi.Lalu aku mulai hati-hati mengerjakan untuk mencapai tujuan.


    4. Setelah sedikit pekerjaan yang diserahkan pada kita kita kerjakan, orang lainlah yang akan menilai kita. Baik tidak pekerjaan kita? Bagaimana kita? Rendah diri, merasa tak pantas di hadapan sesama kita apalagi di hadapan Tuhan. Kita sama sekali tak mengerti apa kehendak saudara-saudara kita. Kita hanya menyerah saja. Bahkan kalau ada tawaran untuk maju kita diam saja. Kita merasa hal itu bukan untuk diri kia. Hal itu untuk orang lain yang selalu aktif mau menerima tawaran  untuk maju, untuk bangkit. Namun kalau demikian terus yang kita laksanakan kita akan mampu berbuat sesuatu. Kita akan tergantung orang lain. 
    5. Tentu saja kita tidak langsung mendapatkan terang. Kita hadapi saat itu krisis identitas. Kita masih seolah tak punya identitas. Aku itu siapa? Mungkin juga tidak disadari. Aku mau menjadi seperti siapa? Kita lalu meniru siapa saja. Gurunya gondrong, ya ditiru saja. Tulisan saja berubah-ubah. Nah setelah pertemanan kita kita temukan orang yang setia.  Kita akan bangkit dari krisis dan kita mendapatkan bimbingan rohani yang kuat. Rohani kita dapat mulai bangkit dan percaya diri.
    6. Tantangan yang kita hadapi jatuh cinta. Akan kita jatuhkan di mana cinta yang sudah kita bawa ke mana-mana itu. Dari banyak pergaulan yang terkesan dan tidak terkesan tentu ada yang terkesan baik dan dapat diandalkan. Tentu yang kita cari cinta sejati, menurut ukuran kita saat itu.
     7. Tentu kalau kita sudah merasa menemukan cinta sejati kita, kita akan membangun sebuah komunitas. Dari sebuah komunitas ini akan terjadi kebangkitan atau kemajuan atau mau mundur? Maju terus atau berhenti saja? Terus... Berhenti... Semuanya membawa kita pada pengambilan keputusan. Tentu kita mencari orang-orang yang mau peduli terhadap kesulitan saat itu. Kepedulian mau menerima kita apa adanya.
     8.Kalau kita terus menjalani tentu kita akan memilih yang lebih baik lebih berkualitas. Hanya kita akan menemui juga kekecewaan. Dan kekecewaan akan membuat kita lebih berhati-hati dalam bersikap. Kekecewaan demi kekecewaan membuat kita akan memilih yang paling bijaksana.