Total Tayangan Halaman

Selasa, 08 Februari 2011

Kerasulan Awam Pendidikan di Paroki Santo Agustinus Purbalingga

Pratomo menulis :

Karya Kerasulan Awam Pendidikan di Purbalingga
Karya kerasulan pendidikan di Purbalingga sudah dimulai sebelum adanya paroki. Sebelum Rm Neyens Msc menetap di Purbalingga tanggal 1 September 1936 melayani umat di Purbalingga, suster SND sudah memiliki karya pendidikan bagi sinyo dan noni Belanda yaitu sejak 1935.
Tahun 1979  Rm. Wahyobawono Pr. ditugaskan Purbalingga (sampai tahun 1984) memprakarsai berdirinya SMA Santo Agutinus. SMA Santo Agustinus berdiri tahun 1981 .
Paroki Purbalingga berdiri 1 Sept 1936. Pada hari itu, Rm. Neyens MSC mulai menetap di Purbalingga melayani umat di sini. Sebelumnya pelayanan ikut Purwokerto. Sejak tahun 1935 para suster SND sudah memiliki karya pendidikan bagi sinyo dan noni Belanda. Jumlah umat pada saat itu hanya sekitar 60 org (kebanyakan Belanda).
Sekilas tentang Paroki St. Agustinus Purbalingga
oleh : Fr. Bagyo dan Fr. Tri Kusuma
 
Sejarah
Paroki Purbalingga berdiri 1 Sept 1936. Pada hari itu, Rm. Neyens MSC mulai menetap di Purbalingga melayani umat di sini. Sebelumnya pelayanan ikut Purwokerto. Sejak tahun 1935 para suster SND sudah memiliki karya pendidikan bagi sinyo dan noni Belanda. Jumlah umat pada saat itu hanya sekitar 60 org (kebanyakan Belanda).
Pada awal berdirinya, Paroki Purbalingga meliputi seluruh kabupaten Purbalingga. Sampai th 1972 stasi Sokaraja dan Banyumas termasuk dlm wilayah paroki Pbg. Sampai tahun 1997 beberapa wilayah Banjarnegara masuk dlm paroki ini (Klampok, Mandiraja, Danaraja, Purwonegoro).
Pada awalnya, reksa pastoral di Purbalingga menjadi tanggung jawab MSC. Tahun 1942-1943 seorang imam diosesan pernah berkarya di sana (Rm. Lengkong Pr). Sesudah itu lama sekali tidak pernah imam diosesan berkarya di Purbalingga. Baru tahun 1979, Rm. Wahyobawono ditugaskan Purbalingga (sampai tahun 1984). Tahun 1986 Rm. Yitno Puspohandoyo dan Rm. Susanto Adhi berkarya di Purbalingga, sejak itulah reksa pastoral di Purbalingga dilaksanakan oleh para imam diosesan. Saat ini paroki Purbalingga dilayani dua orang imam : Rm. Kristoforus Wasito Pr dan Rm. Maurice Loru MSC.
Purbalingga pernah menjadi tempat novisiat MSC sebelum mereka mendirikan novisiat di Karanganyar – Kebumen.
 
Situasi sosio-geografis-ekonomis
Kabupaten Purbalingga terbagi dalam 18 kecamatan. Jumlah penduduk: 829.199; mayoritas beragama Islam; jumlah umat Katolik per April 2003 : 2365 orang.
Umat tersebar dalam 9 lingkungan, 8 stasi dan 1 sub stasi. Ada satu gereja induk dan 5 kapel stasi (Bobotsari, Bukateja, Kalialang, Kedungbenda, Pengadegan), serta 1 kapel biara milik susteran SND.
Karakteristik umat Purbalingga tidak jauh berbeda dengan kabupaten sekitarnya (Wilayah Barlingmascakeb): yaitu ca blaka; pemaaf; mudah diajak komunikasi; egaliter.
Budaya Banyumasan mewarnai kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahasa Banyumas tidak mementingkan Krama Alus. Bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Banyumas. Bahasa Indonesia kadang juga dipakai tetapi tentu dengan aksen Banyumasan yang kental. Dalam situasi lebih resmi lebih biasa menggunakan bahasa Indonesia.
Sebagian masyarakat Purbalingga adalah petani. Di daerah utara (Karangreja/gua lawa) banyak petani sayuran dan buah (strawberi, dsb). Daerah lain umumnya sawah (irigasi) dan sebagian lain daerah tegalan. Orang setempat menyebutnya alas. Selain itu di Purbalingga banyak terdapat pabrik bulu mata. Industri ini banyak menyerap tenaga kerja (lebih dari 20 ribu pekerja). Pusat perdagangan terletak di tiga titik: Purbalingga (pusat), Bobotsari (utara), dan Bukateja (daerah timur).
Hubungan antar umat Katolik dengan umat lain di pedesaan sangat baik. Di Bukateja ada kesulitan dalam medirikan kapel (renovasi), kabarnya bukan orang setempat yang mempersulit hal ini.
 
Situasi Gerejawi
Pelayanan liturgi : di Paroki misa mingguan dilaksanakan 2x yaitu Sabtu sore (18.00) dan Minggu Pagi (07.00). Semuanya menggunakan bahasa Indonesia. Misa harian dilaksanakan pk. 05.30. Senin pagi di Kapel Susteran juga ada perayaan ekaristi. Pada hari Jumat pertama, ekaristi dilaksanakan pk. 18.00.
Di beberapa stasi, Misa dilaksanakan dalam bahasa Jawa menggunakan Kidung Adi.
Dewan Paroki berjalan baik, cukup mandiri. Kegiatan mudika sempat agak tertidur. Kaum mudanya terbagi dalam mudika yang sudah bekerja dan para pelajar. Kelompok kategorial cukup banyak: WKRI, Lansia, Warakawuri, PD karismatik, Legio Maria, ME, Paguyuban Prodiakon, dsb.
Paroki memiliki sekolah : SMA St. Agustinus. Siswanya sekarang sedikit.
Suster yang berkarya : SND; mereka mengelola TK dan SD Pius serta SMP Borromeus. Jumlah siswa TK dan SD masih banyak, siswa SMP semakin sedikit.
Panggilan khusus di Paroki ini (kondisi per 6 Okt 2007) :
  • Seminaris : –
  • Frater : 3
  • Rahib OCSO : 1
  • Suster : 2.
Hal teknis: mau ke Purbalingga???
Purbalingga ada di Jalur Wonosobo – Purwokerto atau Pekalongan – Purwokerto. Sesampai di Terminal Purbalingga naiklah angkot jurusan Bancar (jalur 2; 3; 4; 12).